Monday, 6 April 2015

Posted by Sinau Online
No comments | 21:28

Dikutip dari id.wikipedia.org, Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal reog yang sebenarnya. Gerbang kota ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukan. Reog adalah salah satu budaya diindonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Sejarah 

          Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal usul Reog dan Warok , namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Tiongkok, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.

         Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya . Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.

           Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya.Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.


Source: id.wikipedia.org

Saturday, 4 April 2015

Posted by Sinau Online
No comments | 01:32
             
          Pada zaman saya masih duduk dibangku sd, lagu anak - anak alias tembang dolanan masih sering dinyanyikan disekolah. Namun sekarang lagu dolanan hampir terlupakan, padahal lagu dolanan selain lucu juga mendidik.  Inilah salah satu lagu dolanan yang ada dan hampir punah , Check it out :)


1. Padhang Bulan

2. Jaranan



3. Cublak - Cublak Suweng 

  
       Mari kita hidupkan kembali lagu dolanan yang hampir punah ini, agar anak- anak kita mengerti nilai budi pekerti yang terkandung didalamnya, seperti halnya lagu jaranan ini mengajarkan kebersamaan antara atasan dan bawahan,dan menghormati yang lebih tinggi kedudukanya. Hal ini jelaslah bahwa budi pekerti yang harus diterapkan adalah sikap menghormati yang lebih tua/ yg lebih tinggi kedudukannya.

Source :
www.youtube.com
 www.ki-demang.com
Posted by Sinau Online
No comments | 00:54

           Purworejo, CyberNews. Purworejo ternyata benar-benar merupakan kabupaten yang umurnya cukup tua. Di samping penemuan prasasti kayu Arahiwang di Borowetan beberapa tahun lalu, bukti lainnya yang memperkuat adalah hasil temuan tim peneliti megalitik dari Balai Arkeologi Yogyakarta. Selama tiga tahun, sejak 2005 tim peneliti yang dipimpin Drs Priyatno Hadi MHum melakukan penelitian benda-benda arkeologi di Kabupaten Purworejo. Hasilnya, untuk sementara ditemukan sedikitnya 57 situs yang merupakan produk peradaban manusia di Kabupaten Purworejo sejak zaman megalitikum (prasejarah), masa klasik (Hindu dan Buddha abad VIII sampai X Masehi), hingga masa Islam.

‘’Dari temuan itu, kami bisa menyimpulkan Purworejo itu sangat istimewa. Ada semacam bentuk kesinambungan budaya dari satu peradaban ke peradaban selanjutnya. Menariknya lagi, saat itu kehidupan nenek moyang di sini sudah mengenal toleransi dan harmoni,’’ ujar Priyatno saat memaparkan hasil penelitiannya tersebut di hadapan para guru sejarah di aula Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Situs Sitinggil merupakan salah satu situs yang ditemukan dan paling menarik untuk diekskavasi. Dia memerinci lokasi penemuan situs itu antara lain di Kecamatan Purworejo sebanyak 13 situs, Bayan (3 situs), Loano (3 situs), Bener (3 situs), Banyuurip (10 situs), Bagelen (19 situs), Kaligesing (5 situs), dan Purwodadi (1 situs).

        Menurutnya, hampir sebagian besar situs yang ditemukan itu merupakan hasil dari peradaban megalitikum yang berada di lereng perbukitan Menoreh. ‘’Karakter masyarakat zaman megalitikum lebih banyak hidup di wilayah perbukitan,’’ katanya. Selain berupa tempat pemujaan yang disakralkan, seperti bangunan umpak dan bangunan berundak di situs Sitinggil, situs yang ditemukan tim peneliti rata-rata adalah batu yoni, lingga, menhir, dan batu lumpang, batu dakon, jambangan batu, dan batu berelief.Sebagian masih ada yang digunakan warga, namun sebagian sudah tidak bertuan dan ditemukan di perkebunan dan di pematang sawah. Juga ada yang sampai saat ini masih dikramatkan oleh masyarakat sekitar.


Source :http://suaramerdeka.com/cybernews/harian/0712/13/dar14.htm

Blogroll

About